Baru 39 Persen Perusahaan di Indonesia yang Siap Hadapi Serangan Siber

29 Maret 2023, 13:55 WIB
Ilustrasi - Hasil Studi Cisco. /ANTARA/HO-Cisco/

Oke Jambi - Riset perusahaan Cisco menunjukkan bahwa hanya 39 persen organisasi dan termasuk perusahaan di Indonesia yang siap pada tingkat kedewasaan untuk menghadapi risiko keamanan siber modern saat ini.

Hasil studi berjudul 'Cisco Cybersecurity Readiness Index: Resilience in a Mixed World' juga menunjukkan bahwa kinerja keamanan siber perusahaan Indonesia di atas rata-rata global hanya 15 persen.

Laporan ini mengukur kesiapan organisasi untuk tetap tangguh terhadap ancaman modern. Langkah ini mencakup lima pilar utama yang membentuk pondasi perlindungan esensial, yaitu identitas, perangkat, jaringan, beban kerja aplikasi, dan data, serta mencakup 19 solusi berbeda dalam pilar tersebut.

Baca Juga: DANA Dukung Perempuan lewat Program Pengembangan Usaha

Wakil Direktur Eksekutif dan Manajer Umum Keamanan dan Kolaborasi Cisco, Jeetu Patel, dalam pernyataannya mengatakan perusahaan harus menghadapi tingkat kompleksitas keamanan siber yang semakin tinggi seiring penggunaan dunia hybrid yang meningkat.

"Organisasi organisasi harus berhenti melakukan pendekatan pertahanan dengan menggabungkan alat alat dengan fungsi khusus, dan sebagai gantinya mempertimbangkan platform terintegrasi untuk mencapai ketahanan keamanan sekaligus mengurangi kompleksitas," kata Patel di Jakarta, Senin, 27 maret 2023, dikutip dari Antara News.

Patel memastikan bahwa para pemimpin bisnis juga membangun pondasi yang siap untuk lima pilar keamanan identitas, perangkat, jaringan, beban kerja aplikasi, dan data untuk membangun organisasi yang aman, lengkap, dan fleksibel.

"Dengan membangun basis, organisasi dapat membangun kekuatan mereka dan memprioritaskan area mana yang membutuhkan lebih banyak kematangan dan meningkatkan daya tahan mereka," ujar Patel.

Pimpinan Cisco Indonesia, Marina Kacaribu, menambahkan bahwa upaya untuk mengadopsi pendekatan platform terintegrasi di lima pilar utama sangat penting untuk membantu bisnis melindungi diri mereka sendiri, karena penggunaan teknologi yang semakin intens dilakukan.

Baca Juga: Baidu Membatalkan Siaran Langsung Peluncuran ChatGPT Ernie Bot

"Keamanan siber terus menjadi prioritas utama pemerintah dan berbagai perusahaan di Indonesia. Dengan banyaknya layanan yang mengutamakan aplikasi saat ini, dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan digital ekonomi tercepat di Asia Tenggara, lebih banyak yang harus dilakukan untuk menutup kesenjangan kesiapan keamanan tersebut," kata Marina.

Survei double blind, pihak ketiga Perusahaan independen meminta 6.700 pemimpin keamanan dunia maya sektor swasta di 27 negara untuk melaporkan solusi apa yang telah mereka gunakan dan pada tahap penerapan apa mereka berada. Responden kemudian dikelompokkan menjadi empat tingkat kesiapan yaitu Beginner, Formal, Progressive dan Mature.

Indonesia termasuk peringkat pertama di dunia untuk kematangan sebesar 39 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 15 persen untuk kesiapan keamanan siber. Sekitar 28 persen bisnis di Indonesia sedang dalam tahap start-up atau pembentukan. Meskipun kondisi kelembagaan di Indonesia lebih baik dari rata-rata dunia, namun hal ini masih sangat rendah mengingat risikonya.

Kesenjangan kesiapan terlihat jelas, karena 96% responden memperkirakan insiden keamanan siber akan mengganggu bisnis mereka dalam 12 hingga 24 bulan ke depan. Biaya yang dikeluarkan karena tidak dipersiapkan sebelumnya bisa sangat besar, dengan 55 persen responden mengatakan bahwa mereka telah mengalami insiden keamanan siber dalam 12 bulan terakhir dan 35 persen dari mereka yang terkena dampak mengatakan bahwa insiden tersebut menyebabkan gangguan besar, kerusakan minimal $500.000.***

Editor: Hajrin Febrianto

Tags

Terkini

Terpopuler