Network
OKEJAMBI.COM - Persis seperti yang diharapkan para ilmuwan ketika mereka memilih lokasi pendaratan pesawat. Tapi 2 miliar tahun adalah angka yang terlalu muda untuk bulan saat ini.
"Ini benar-benar menunjukkan bahwa tujuan sains utama terpenuhi - dan itu cukup mengagumkan," kata rekan penulis studi Brad Jolliff, seorang ilmuwan planet dan ahli mineral di Universitas Washington di St. Louis (7 Oktober 2021).
Baca Juga: Alasan Manga Barbara Go Nagai Akan Segera Tamat, Sosok Barbara Semakin Terungkap
Tim internasional yang melakukan penelitian ini antara lain Beijing SHRIMP Center. Mereka menggunakan mikroprobe ion resolusi tinggi yang sensitif sebagai instrumen untuk analisis kimia.
“Mereka memiliki salah satu laboratorium terbaik di dunia. Ini adalah laboratorium yang sangat berkualitas tinggi, mutakhir menggunakan instrumentasi terbaik," kata Jolliff.
Baca Juga: Kapal Selam AS Menabrak Objek Tak Dikenal Saat Berada Dibawah Air di Laut Cina Selatan
Tim Beijing SHRIMP Center mengalokasikan dua gram tanah bulan dari tim Chang'e 5 dan memilih dua fragmen kecil yang merupakan batuan basaltik, yang berasal dari vulkanik. Kemudian mereka menganalisis berbagai isotop timbal, yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif uranium dan thorium.
Karena proses ini terjadi pada tingkat yang dapat diprediksi, menganalisis berapa banyak setiap isotop yang ada, relatif satu sama lain, memungkinkan tim untuk menentukan usia sampel. Selain mengungkapkan usia situs pendaratan itu sendiri, pengukuran isotop timbal akan membantu para peneliti meningkatkan teknik yang sama sekali berbeda untuk memahami sejarah bulan seperti menghitung kawah tumbukan.
Baca Juga: Jarak Usia Batuan Vulkanik dan Gunung Merapi di Bulan Telah Mencapai Miliaran Tahun
