OKEJAMBI.COM - Aurora Matsu menimbulkan banyak keluhan yang dialami oleh para nelayan Fujian bahkan hingga anggota pejabat Taiwan. Fenomena ini sesuai dengan meningkatnya penggunaan taktik zona abu-abu oleh Beijing tindakan nonmiliter yang bertujuan untuk mengintimidasi atau melelahkan musuh tetapi tidak memicu respons yang kuat.
Chen Po-Chang, komandan kolonel cabang Matsu dari Administrasi Penjaga Pantai, mengatakan bahwa penjaga pantai mengoperasikan patroli sepanjang waktu di sekitar dua pulau terbesar di Matsu, tetapi tim mereka yang terdiri dari kurang dari 30 orang telah dikerahkan.
Baca Juga: Keluhan Nelayan Fujian, Taiwan Akibat Kapal Penyusup dari China saat Aurora Matsu
Matsu bergantung pada pariwisata, dan pulau-pulaunya yang subur seperti dunia yang jauh dari kota-kota padat Taiwan. Pengunjung datang untuk blue tears, sebuah pendar di perairan yang disebabkan oleh ganggang.
Warga yang mendukung wisata dark sky mengatakan aurora Matsu merusak mata pencaharian dan ekowisata. Tsai Pei-Yuan, 28 tahun, seorang arsitek lanskap dari Matsu juga menyampaikan pendapatnya.
Baca Juga: Aurora Matsu Untuk Memikat Cumi-Cumi, Kantor Urusan Taiwan China Beri Aturan penangkapan Ketat
“Seluruh langit berwarna hijau. Ini keterlaluan,” ujarnya (15 Oktober 2021).
Penduduk setempat seperti Tsai dan Asosiasi Dark Sky Taiwan telah mendorong agar salah satu pulau Matsu dimasukkan dalam daftar lokasi yang dikelola oleh Asosiasi Dark Sky Internasional yang berdiri di AS. Mereka khawatir aurora Matsu akan merugikan tujuan mereka.
Baca Juga: Aktivitas Nelayan di Bawah Aurora Matsu, Lonjakan Penangkapan Cumi-Cumi Hingga 52.000 ton
“Kami mengatakan Matsu memiliki banyak bintang, tetapi ketika para pengunjung datang, yang mereka lihat hanyalah aurora," ujar mereka.