Riset Terbaru Nasdaq, Open Internet dapat Menjangkau Seluruh Masyarakat Indonesia

31 Maret 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi seorang teknisi melakukan pemantauan pada blok tower BTS (Base Transciever Station) di gedung TCC Telkomsel, Gayungsari Surabaya. /Antara/BhaktiPundhowo/

Oke Jambi - Data terbaru dari laporan penelitian Gateway to the Open Internet, yang dirilis oleh pemimpin teknologi iklan global The Trade Desk (Nasdaq:TTD) dan Kantar, memperkirakan lebih dari 190 juta orang Indonesia beralih ke open internet atau internet terbuka untuk melakukan pencarian, hiburan, berita dan informasi umum.

Open internet menyertakan saluran seperti Over the Top (OTT) dan Connected TV (CTV), streaming musik, berita dan situs web, dan game online.

Riset ini menunjukkan bahwa orang Indonesia yang paham digital semakin mengubah kebiasaan penggunaan media mereka, yaitu mereka cenderung menikmati konten premium yang diproduksi secara profesional di saluran seperti OTT/CTV dan hanya memutar musik di platform User Generated Content (UGC).

Baca Juga: Baidu Membatalkan Siaran Langsung Peluncuran ChatGPT Ernie Bot

“Open internet menghadirkan kesempatan bagi para pemasar yang mencari alternatif dari platform UGC,” ujar General Manager Indonesia The Trade Desk, Purnomo Kristanto, dikutip dari berita Antara News, Kamis, 30 Maret 2023.

“Ini adalah alternatif yang memiliki skala, presisi, dan nilai, di mana brand mampu mendapatkan pengukuran yang objektif berdasarkan data bagi kampanye iklan mereka,” tambah Purnomo.

Data ini menunjukkan bahwa 25 persen masyarakat Indonesia memperkirakan penggunaan OTT/CTV akan meningkat secara signifikan dalam enam bulan ke depan.

K-wave (Korean Wave) mendominasi preferensi penonton di OTT dengan tiga dari lima orang Indonesia mengatakan K-drama dan K-pop adalah dua genre konten paling populer.
Di antara pemirsa konten Korea, mereka akan mengunjungi OTT/CTV untuk menonton konten lebih dari tiga kali lebih banyak daripada platform UGC.

OTT/CTV adalah tempat di mana masyarakat Indonesia dapat mengikuti dan menonton konten selebriti dan influencer lokal. Studi ini juga menegaskan bahwa audiens yang lebih muda, seperti Generasi Z (16-24) dan milenial (25-34) mengandalkan OTT untuk konten premium dari generasi ke sistem lain.

Kelompok usia ini adalah salah satu yang paling didambakan oleh pengiklan, karena mereka berada di tahap awal membangun loyalitas merk yang bertahan lama dan cenderung menjadi trend setter untuk semua orang. Minat konsumen yang meningkat terhadap konten premium Korea dan lokal menjadikan OTT dan streaming musik saluran periklanan yang efektif bagi pengiklan.

Faktanya, wanita mendengarkan lebih banyak musik di platform streaming yang didukung iklan daripada pria. Studi ini juga menunjukkan bahwa orang Indonesia tidak hanya lebih mudah menerima iklan di saluran premium ini, tetapi mereka juga menganggap iklan merk di OTT dapat dipercaya.

Hingga 67 persen orang Indonesia cenderung mempercayai iklan merk di OTT/CTV dibandingkan dengan platform UGC. Data ni juga menyoroti bahwa pengguna lebih cenderung melakukan banyak tugas dan menerima lebih sedikit publisitas saat menggunakan jejaring sosial.

Faktanya, orang Indonesia 17 persen lebih cenderung mengabaikan iklan di platform UGC daripada iklan di OTT. Di sisi lain, lingkungan konten premium mengarah pada ingatan merk yang lebih kuat, terutama di kalangan wanita yang 16 persen lebih mungkin mengingat merk yang diiklankan di saluran ini dibandingkan dengan platform UGC.

“Ketika platform UGC seperti media sosial mungkin saja mendapatkan jangkauan yang luas, studi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia di platform tersebut cenderung lebih tidak terpapar (less engaged)," kata Purnomo.

Ia menambahkan, riset baru ini menunjukkan bahwa internet terbuka menarik lebih banyak perhatian iklan dari masyarakat Indonesia, sekaligus menciptakan jangkauan dampak yang lebih baik.

“Mendemonstrasikan potensi open internet memungkinkan the trade desk untuk bekerja sama dengan jenama dalam menjangkau audiens yang tepat selagi memberikan pengiklan presisi tinggi yang mampu meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran,” tambahnya.

Hal ini juga menunjukkan bahwa orang Indonesia lebih cenderung mengingat semua iklan termasuk merk dan produk atau layanan yang diiklankan, disaluran internet terbuka seperti OTT/CTV, streaming musik, dan game online. Di sisi lain, konsumen di saluran UGC cenderung hanya mempertahankan merk dan produk atau layanan yang diiklankan.***

Editor: Hajrin Febrianto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler