Membedah Kristen Muhammadiyah: Menjalin Pluralitas Agama dalam Pendidikan, Ini Kata Nadiem Makarim

24 Mei 2023, 08:00 WIB
Membedah Kristen Muhammadiyah: Menjalin Pluralitas Agama dalam Pendidikan, Ini Kata Nadiem Makarim /Foto: Kemdikbud.go.id/

Oke Jambi - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah baru-baru ini mengadakan bedah buku yang menarik berjudul "Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan". Buku ini merupakan hasil penelitian Prof. Dr. Abdul Mu`ti dan Fajar Riza Ul Haq.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis buku ini mengungkapkan bahwa fenomena Kristen Muhammadiyah (Krismuha) muncul akibat interaksi yang intens antara anak-anak Muslim dan Kristen dalam proses pembelajaran di sekolah Muhammadiyah, dengan tetap mempertahankan identitas mereka sebagai umat Kristen yang taat.

Berdasarkan pengamatan, ternyata ketertarikan dan antusiame masyarakat terhadap buku yang mengungkap tentang Pluralitas Agama dan Pendidikan ini sangat besar. Tentunya hal ini didasari oleh rasa keingintahuan Sebagian besar mayarakat terhadap hasil penelitian dari Prof. Dr. Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq

Baca Juga: Woww !! Warga Ini Dapat Keistimewaan Seleksi CPNS. Menpan-RB: Ini Upaya UNTUK Pemerataan CPNS

Baca Juga: Kabar Gembira !! Terobosan Revolusioner: Honorer Berpotensi Otomatis Jadi ASN

“Kami tidak menduga ketertarikan dan antusiasme masyarakat (pembaca) terhadap karya ini masih sedemikian besar hingga saat ini, meskipun buku ini pernah diterbitkan 2009 silam. Inilah kontribusi Muhammadiyah dalam membangun generasi Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan terbiasa hidup bersama dalam perbedaan,” kata penulis buku tersebut, pada acara bedah buku, di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (22/5).

Biografi Singkat Prof. Dr. Abdul Mu’ti

Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed., seorang cendekiawan Islam Indonesia, telah mencatatkan prestasi yang gemilang dalam karirnya. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Kudus pada tahun 1986 dan meraih gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 1991. Setelah itu, ia melanjutkan studi S2 di Universitas Flinders, Australia Selatan, dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1996. Dedikasinya pada pendidikan tidak berhenti di situ, karena ia kemudian melanjutkan pendidikan doktoralnya di UIN Syarif Hidayatullah.

Abdul Mu'ti merupakan anggota Muhammadiyah sejak tahun 1994 dengan nomor anggota 750178. Di dalam organisasi tersebut, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris PWM Jawa Tengah pada periode 2000-2002. Ia juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah pada periode 2002-2006, sambil merangkap sebagai Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pada periode 2005-2010.

Selain aktif dalam Muhammadiyah, Abdul Mu'ti juga terlibat dalam berbagai kegiatan internasional. Ia menjadi anggota Dewan Indonesia dan Amerika Serikat untuk Agama dan Pluralisme, serta menjadi bagian dari eksekutif Konferensi Asia Agama untuk Perdamaian. Pemikir Muhammadiyah yang moderat dan toleran ini juga menduduki posisi sebagai wakil sekretaris Agama Kontra Terorisme dan sekretaris Dewan Nasional Intelektual Muslim Indonesia. Pada tahun 2018, namanya termasuk dalam 200 daftar mubalig yang direkomendasikan oleh Kementerian Agama.

Prestasi Abdul Mu'ti tidak hanya terbatas di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Sejak tahun 2006, ia menjadi salah satu Advisor di British Council London. Selain aktif dalam organisasi dan lembaga, Abdul Mu'ti juga menunjukkan ketertarikan pada dunia tulis-menulis. Ia seringkali menyumbangkan pemikirannya melalui buku dan opini yang ia tulis di berbagai media. Pada tahun 2020, ia mendapatkan penghargaan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan pengukuhan sebagai guru besar ke-1.050 pada tanggal 2 September.

Biografi Singkat Fajar Riza Ul Haq

Fajar Riza Ul Haq adalah seorang intelektual dan penulis buku yang berasal dari Indonesia. Dia dikenal sebagai Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa kepemimpinan Muhadjir Effendy. Selain itu, Fajar juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Maarif Institute for Culture and Humanity.

Fajar dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 1 Februari 1979. Pendidikan tingginya ditempuh di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), di mana ia juga menjadi santri di Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran. Gelar sarjana berhasil diraihnya dari UMS pada tahun 2002. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan di Center for Religious and Cross Cultural Studies, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2006. Selama studinya, Fajar juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai program, seperti Chevening Fellowship di Universitas Birmingham, Inggris (2009), The 17 New Generation Seminar di East West Centre, Hawaii (2007), dan Program Australia-Indonesia Young Muslim Leaders Exchange (2005).

Fajar aktif di berbagai organisasi dan lembaga selama masa kuliahnya. Dia terlibat dalam Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) UMS, di mana dia menjabat sebagai Liaison Program Officer. Selain itu, dia juga aktif dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan pernah menjadi Ketua PC IMM Sukoharjo dan DPD IMM Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan studinya, Fajar dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Maarif Institute di Jakarta.

Sebagai seorang intelektual, tulisan-tulisannya telah diterbitkan di berbagai media dan koran nasional. Selain itu, dia juga telah menulis beberapa buku, antara lain "Membangun Keragaman Meneguhkan Pemihakan: Visi Politik Baru Muhammadiyah," "Purifikasi dan Reproduksi Budaya di Pantai Utara Jawa: Muhammadiyah dan Seni Lokal," dan "Kristen Muhammadiyah." Tulisan-tulisan Fajar mencerminkan pemikirannya tentang budaya, politik, dan agama dalam konteks Indonesia.

Mendikbudristek Berikan Apresiasi

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, memberikan apresiasi terhadap kehadiran buku ini sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mencintai keberagaman, inklusif, dan bebas dari kekerasan. “Gagasan toleransi yang dihadirkan dalam buku ini sejalan dengan cita-cita kami di Kemendikbudristek untuk menghapus kekerasan dari dunia pendidikan Indonesia. Sejak tiga tahun lalu, kami telah menjadikan intoleransi sebagai salah satu bentuk kekerasan yang wajib dicegah dan ditangani, di samping perundungan dan kekerasan seksual,” tutur Mendikbudristek.

Mendikbudristek mengungkapkan bahwa kebebasan belajar hanya dapat tercapai jika sekolah dan kampus menjadi tempat yang aman bagi semua individu, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial mereka. Kemendikbudristek terus berkomitmen untuk mendorong gerakan pencegahan dan penanganan kekerasan di lembaga pendidikan melalui berbagai inisiatif. Salah satu momen bersejarah dalam dunia pendidikan Indonesia adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.

“Sebagai tindak lanjut dari terbitnya aturan tersebut, sekarang 100% perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia sudah memiliki satuan tugas. Satgas tersebut bertanggung jawab memberikan edukasi kepada warga kampus sebagai upaya pencegahan kekerasan, serta melakukan pemeriksaan atas laporan kekerasan sebagai bentuk penanganan,” tutur Mendikbudristek.

Mendikbudristek menyatakan bahwa kehadiran buku ini akan semakin mendukung upaya pencegahan dan penanganan intoleransi di lembaga pendidikan. “Terwujudnya satuan pendidikan yang inklusif dan toleran adalah kunci untuk menguatkan kebinekaan Indonesia, bibit untuk melahirkan Pelajar Pancasila yang cerdas berkarakter. Oleh karena itu, mari  terus bergotong royong menciptakan pendidikan Indonesia yang toleran dan inklusif, bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” pesan Mendikbudristek

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyambut baik kehadiran buku Krismuha ini dan menekankan bahwa keberagaman agama, suku, ras, dan golongan tidak boleh menghalangi individu untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kehidupan bersama. "Kemajemukan adalah Pelangi yang indah untuk merajut hidup toleran sarat penghormatan, perdamaian, dan saling memajukan. Ini komitmen Muhammadiyah dalam memajukan bangsa dan merekatkan keindonesiaan yang heterogen,” pungkas Haedar..

Selain penulis buku sebagai narasumber utama dalam acara bedah buku tersebut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI, Nadiem Anwar Makarim, juga hadir sebagai pembicara kunci. Pembicara lainnya termasuk Dr. Rustamadji, M.Si (Rektor UNIMUDA Sorong Papua), Prof. Dr. Siti Ruhani Dzuhayatin, M.A. (Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI), dan Anindito Aditomo, Ph.D. (Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek).

Acara bedah buku ini diselenggarakan oleh Kemendikbudristek, Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, dan ICRP, dengan Dr. Muhammad Adlin Sila, Ph.D (Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat) sebagai moderator.

Editor: Husnul Khotimah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler