Mengenang Kisah Pejuang Perang Kemerdekaan Muara Tebo - Batanghari , Jambi

- 2 Agustus 2022, 19:09 WIB
Foto pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun
Foto pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun /

Okejambi.com - Jangan dikira "Letnan muda M. Syukur Pidin tidak bisa menumbuk padi, malah ikut menumbuk padi bersama para gadis2 dusun, orang bilang kalau pak Syukur menumbuk cepat ceruh (menjadi beras), di samping itu ia pandai berjoget, Begitulah akrabnya TNI bersama rakyat".

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan pada 17 Agustus 1945, di segenap pelosok tanah air serentak disambut dengan perasaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata karena kebanggaan bangsa Indonesia, Betapa tidak, sebagai pemuda Indonesia yang tadinya bernama Hindia Belanda lalu berganti nama menjadi Indonesia, Yang tadinya berkibar bendera merah-putih-biru berganti menjadi merah-putih, Yang tadinya berbahasa Hollan Spreken lalu berganti menjadi Bahasa Indonesia.

Tahun 1939, Kami di sekolah diajarkan lagu Indonesia Raya, mendengar lagu dan syairnya membuat bulu roma berdiri, rasa harga diri bangkit. Ingatan kembali kepada cerita nenek moyang , perang Sultan Thaha, perang Raden Mattaher, Perang Raja Batu melawan Belanda dalam daerah jambi. Mereka menceritakan ketangkasan dan kesaktiannya menggunakan persenjataan keris, pedang dan tombak dalam melawan Belanda yang disebut kaum kafir. Siapa saja yang mati dalam perang melawan Belanda maka matinya mati syahid, begitulah keyakinan yang tertanam di kalangan pejuang.

Pada tanggal 22 Agustus 1945, oleh Bapak Yoyong Muara Tebo dibentuk Barisan Pemuda Republik Indonesia di Sungai Bengkal dengan susunan :
- Ketua : Mahyudin
- Wakil Ketua : M. Thaib Azis
- Sekretaris : Nur Suud
- Keamanan : 1. H. Zen bin H. Hasan ( Kepala )
2. Panglima M. Yusuf Gelopok ( Anggota )
3. Panglima Mael ( Anggota )
4. Panglima Siamid ( Anggota )

- Pasukan : 1. Panglima M. Akel denga anggota 30 orang pemuda
2. Panglima Razali dengan anggota 30 orang pemuda
3. Panglima Mat Nusi dengan anggota 30 orang pemuda

- Persenjataan: Keris, Pedang dan Tombak
- Pakaian : Peci tajam, tanda merah putih selebar 2 x 3 cm dan pada baju ada tanda merah putih selebar 2 x 5 cm di dada sebelah kiri
- Markas : Sebuah Toko di Pasar Sungai Bengkal

Untuk menjaga keamanan dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) di tiap-tiap Provinsi. Pemerintah Provinsi Sumatera dikepalai oleh Gubernur Tengku M. Hasan yang berkedudukan di Bukittinggi. Pemuda-pemuda bekas Heiho, Kaigun dan pemuda2 yang berada di dusun2 masuk anggota BKR yang merupakan kekuatan bersenjata meskipun berupa keris, pedang dan tombak.

Pada waktu itu Tentara pendudukan Jepang masih berada di Jambi menjelang senjatanya dilucuti oleh tentara sekutu. Disamping itu Jepang juga harus berhadapan dengan rakyat Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaannya. BKR dan badan perjuangan serta rakyat Indonesia bergerak untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Para pemuda yang pada masa pendudukan Jepang sudah terlatih untuk mempertahankan tanah air sehingga pada umumnya para pemuda kita sudah terlatih berperang.

Semua persenjataan pusaka dan sakti dikeluarkan oleh para pejuang untuk menjaga keamanan. Markas dijaga dengan senjata tombak, ronda kampung dilakukan dengan sangat ketat, semua orang yang masuk kampung dicurigai, begitulah keadaan pada waktu itu.

Pasukan dilatih oleh orang2 yang pernah mengikuti latihan Heiho, Kaigun, dan organisasi bentukan Jepang lainnya. Semangat ( Seising ) yang diajarkan Jepang betul2 membuat kita bersuara seperti Harimau serentak menghunjamkan senjata kepada musuh, sungguh hebat.

Halaman:

Editor: Husnul Khotimah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x