Mengenang Kisah Pejuang Perang Kemerdekaan Muara Tebo - Batanghari , Jambi

- 2 Agustus 2022, 19:09 WIB
Foto pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun
Foto pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun /

Tidak lupa setiap anggota memiliki azimat perang yang dibekali oleh Nenek/Datuk baik berupa ayat2 al quran maupun kemenyan dari keramat Sayang Terbuang ditambah semangat Nenek Datuk yang pernah menyerang Belanda membuat hati bertambah panas, apalagi mengenang yang gugur dalam melawan Belanda.

Pasukan mengunjungi dusun2 memberi penerangan ke pemuka2 rakyat setempat bahwa kita sudah merdeka, tegakkan bendera merah putih. Namun memang ada yang belum mengerti keadaan bahwa mereka masih bertanya2 “mana yang merdeka ??”dan “mana senjata??”. Malah ada penduduk yang memasang bendera Inggris, ada juga memasang bendera China yang disebabkan mereka belum tahu kita sudah merdeka.

Pasukan memerintahkan “Turunkan bendera asing itu!!, kalau tidak rumah kamu akan dibakar habis !!!”. Ada orang tua yang menggerutu “ Bagaimana mau merdeka, Jepang dan Belanda punya penyakit jauh” (maksudnya punya senjata yang membunuh dari jauh) sedangkan kita jarak 1 meter baru bisa membunuh. Kita tidak mengerti mengapa pemuda2 begitu berani menghadapi senjata musuh. Hanya bersenjatakan semangat semboyan “merdeka atau mati”. Jika bertemu kawan selalu mengucapkan “merdeka!!” dan dijawab “merdeka” pula.

M. Thaib Azis- Wakil Ketua PR 1 adalah cucu Panglima Bahar Kutung yang tewas oleh Belanda pada 1916. Begitu juga H. Zen- Kepala Keamanan merupakan cucu Kedemang Bakar yang dibuang Belanda ke Nusa Kambangan yang menyerang Belanda pada 1916. Tidak kurang 12 orang Panglima yang gugur dan 12 orang dibuang ke Nusa Kambangan, Ternate dan Digul. Itulah yang terjadi di wilayah keasisten demangan Tebo Ilir dalam perang Raja Batu th 1916 disamping banyak lagi dubalang2 yang gugur tidak diketahui namanya.

Pada umumnya di daerah Jambi sejak Belanda berkuasa atas kesultanan Jambi, tidak ada organisasi politik yang masuk ke Jambi secara resmi. Namun demikian karena terdorong oleh perasaan benci kepada Belanda maka rakyat bersikap tidak mau bekerjasama dengan Belanda misalnya : rakyat tidak mau menyekolahkan anaknya ke Sekolah Desa ( Sekolah Belanda ) karena dianggap antek Belanda sehingga para orangtua menanamkan sikap kepada anaknya agar membenci Belanda, bahkan pakaian yang menyerupai Belandapun seperti Sepan panjang (celana panjang), rambut panjang, pakai topi pokoknya semua hal yang menyerupai Belanda tidak boleh ditiru walaupun sekedar bersiul saja. Begitu bencinya rakyat terhadap Belanda. Anak2 hanya boleh sekolah di Madrasah saja (sekolah agama).

Pada akhir 1945 laskar Aceh datang ke Jambi untuk membantu mengusir Belanda yang masih ada di Bajubang. Sebelum berangkat dari Sungai Bengkal diadakan persiapan perbekalan makanan untuk sejumlah 60 orang laskar. Oleh Tuan Guru Zahrudin memberi arahan kepada rakyat untuk rela mengorbankan harta benda dan jiwa raga untuk melawan Belanda dan Jepang. Persenjataan pasukan kita sebagian diperoleh dari milik Jepang yang berhasil direbut.

Pemerintahan Republik yang berada di Jambi dikepalai oleh seorang Residen bernama Rd. Inu Kertapati (cucu Sultan Thaha). Sementara di Sungai Bengkal untuk menghadapi segala kemungkinan, di Sungai Bengkal ditempatkan satu unit seksi III Kompi II Pasukan Tentara Republik Indonesia (TNI) yang dipimpin oleh Letnan Muda M Syukur dengan anggota2 :
1. Bakri : Sersan
2. Ismail : Sersan
3. Ramli : Sersan
4. Chaidir Saad : Sersan
5. H. Muhammad : Sersan
6. M. Yasir : Kopral
7. Rahmad : Kopral
8. Ismail Hodeng : Kopral
9. Ismail Guru : Kopral
10. Ma’ruf : Kopral
11. Abdullah : Kopral
12. Pawiro : Prajurit
13. Umar : Prajurit
14. Bakri : Prajurit
15. Sani : Prajurit
16. Mahbuk : Prajurit
17. Bakar Mulya : Prajurit
18. Husin Rivai : Prajurit
19. Husin : Prajurit
20. Abdullah Kahar : Prajurit

Induk Pasukan ini berada di bawah Kompi II Garuda Putih bermarkas di Muara Tebo Pimpinan Letnan Satu Ramli Umar dari Kesatuan Sub Sektor 1001/STD. Perlu disampaikan bahwa Letnan satu Ramli Umar ini orangnya gagah, kalau ber uniform (berseragam tentara) persis seperti Opsir (perwira) Belanda, orangnya putih tidak kalah dengan opsir Belanda. Nah kalau Letnan muda M. Syukur Pidin orangnya sedikit pendek perawakannya bulat kekar seperti opsir Jepang apalagi saat masih menjadi opsir kaigun Jepang pakai pedang samurai yang panjang, wah mirip dengan opsir asli Jepang. Disampig itu dia berwibawa, tegas dan ramah dengan siapa saja, dia juga taat pada agama (terakhir menjadi Bupati Sarolangun Bangko). Beliau disegani anak buahnya. Pergaulan anggota pasukannya dengan rakyat sangat akrab. Kalau tiba masa menuai padi mereka ikut menuai padi. Kalau masa menanam padipun mereka ikut baselang nugal kecuali yang bertugas di Pos jaga dan Markas.Kalau baselang nugal ada hiburan joget (tari-tarian dan senandung Melayu). Anak buah Letnan muda M Syukur Pidin semua hebat berjoget kecuali Kopral Ma’ruf (orang Betawi) dia bisa ala ronggeng. Lain lagi dengan Prajurit Bakar Mulya (orang Melayu) lebih suka lagu2 melayu. Kalau yg orang Bungo tidak ketinggalan Pisang Kayak dan tari tauh. Jangan dikira Letnan muda M Syukur Pidin tidak bisa menumbuk padi, malah ikut menumbuk padi bersama para gadis2 dusun, orang bilang kalau letnan muda M Syukur Pidin menumbuk cepat ceruh (menjadi beras). Begitulah akrabnya TNI bersama rakyat.

Pada 1948 terjadilah aksi militer Belanda ke 2. Pasukan Seksi III Kompi II diganti dengan pasukan seksi II kompi II yang dipimpin Letnan muda Aziz Larose yang dikenal dengan “Pasukan Sayang Terbuang” dengan anak buahnya :
1. Daud Hasan : Sersan
2. Harun : Sersan
3. Hamid : Sersan
4. A. Nasrun : Sersan
5. Majid Pidin : Sersan
6. Mansur : Sersan
7. Dolah Gilo : Kopral
8. Ahmad. K : Kopral
9. Yahya : Kopral
10. Ismail Tobing : Kopral
11. Mat Kuaci : Kopral
12. Mat Taam : Kopral
13. Munir : Kopral
14. Daud : Kopral
15. Musa : Prajurit
16. Syam : Prajurit
17. M. Nur : Prajurit
18. Suratman : Prajurit
19. Idrus : Prajurit
20. Abdullah kahar : Prajurit

Pimpinan Front Batanghari Area :
-Komandan : Letnan Satu Hasyim
-Staf : - Letnan Muda Marjono
- Sersan Mayor Idris
- Sersan Mayor Sumardi

Halaman:

Editor: Husnul Khotimah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah