Hati-Hati, Bahasa Bersifat Arbitrer Bisa Sebabkan Salah Paham

5 Desember 2022, 19:52 WIB
Ilustrasi penutur dan lawan tutur sedang berkomunikasi. /freepik.com

OKEJAMBI.COM- Dalam berkomunikasi sering kali terjadi salah paham, apalagi jika si penutur dan lawan tutur memiliki latar belakang yang berbeda.

Contohnya ketika turis luar negeri yang hanya bisa berbahasa Inggris datang ke Indonesia menanyakan di mana tempat pijat ke orang Jakarta yang hanya bisa berbahasa Betawi.

Apa yang akan terjadi? Bisa jadi akan terjadi salah paham.

Bisa jadi si orang Jakarta mengira si turis menanyakan di mana orang jualan Nasi Padang, dan si turis menjadi kebingungan, atau turis mengikuti arahan si orang Jakarta dan berakhir tersesat.

Dalam ilmu linguistik, salah satu penyebab peristiwa ini terjadi adalah karena bahasa bersifat arbitrer.

Apa itu arbitrer? Jika merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arbitrer berarti sewenang-wenang; manasuka.

Baca Juga: Pencipta Karakter Mickey Mouse Berulang Tahun Hari Ini, Berikut Biografi Singkat Walt Disney

Maksudnya adalah dalam sistem penandaan bahasa, tidak ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya.

Contohnya 'kucing', orang luar negeri ketika mendengar kata 'kucing' tidak akan bisa langsung merujuk bahwa yang dimaksud 'kucing' itu adalah binatang berbulu berkaki empat yang mengeong.

Hal ini pulalah yang menyebabkan kita tidak bisa langsung serta-merta mengerti bahasa asing.

Sederhananya, yang dimaksud bahasa bersifat arbitrer ini adalah bahwa bahasa tercipta karena kesepakatan bersama suatu kelompok dan sepakat untuk menggunakannya sehari-hari dan turun-temurun.

Baca Juga: Banyak Dicari, Kata Gaslighting Terpilih sebagai Word of The Year 2022

Contoh lainnya, ketika kecil mungkin kita pernah bertanya ke ibu kita kenapa 'sikat gigi' itu namanya 'sikat gigi', siapa yang menamainya?

Benda yang digunakan untuk membersihkan gigi itu disepakati sekelompok orang Indonesia diberi nama 'sikat gigi'.

Maka penutur asli Indonesia ketika mendengar kata 'sikat gigi', di pikirannya bisa merujuk langsung benda apa yang dimaksud.

Lain halnya dengan warga Selandia Baru, ketika dia mendengar 'sikat gigi', dia akan mengalami kebingungan. Dikarenakan 'sikat gigi' dalam bahasa yang disepakati negara atau kelompok mereka bukanlah 'sikat gigi'.

Editor: Armalina

Tags

Terkini

Terpopuler