Network
OKEJAMBI.COM - Salah satu hipotesis tersebut adalah pemanasan pasang surut. Mungkin gaya pasang surut gravitasi Bumi menyebabkan Bulan meregang dan berubah bentuk, memanaskannya, dan membuatnya tetap cair.
Ketika Bulan masih muda, ia mengorbit lebih dekat ke Bumi, yang akan meningkatkan efek ini. Untuk menguji salah satu skenario akan memerlukan analisis sampel yang lebih banyak serta pemodelan yang terperinci.
Baca Juga: Scout: Penyerang Chelsea Akan Menjadi Salah Satu Pesaing Kapten Teratas
Tetapi satu hal yang pasti menurut para peneliti adalah sampel dari tim Chang'e 5 dan prospek misi pengembalian sampel yang lebih banyak dalam waktu dekat. Kemungkinan itu akan memicu gelombang minat baru dalam vulkanisme Bulan.
Baca Juga: Jarak Usia Batuan Vulkanik dan Gunung Merapi di Bulan Telah Mencapai Miliaran Tahun
“Ketika itu hanya sebuah saran, semua orang cenderung mengabaikannya. Ketika Anda menghadapi data nyata yang mengkonfirmasinya, maka hal semacam itu memaksa Anda untuk kembali dan berpikir. Ya, kami tahu bahwa basal yang lebih muda ada di Bulan. Tapi itu tidak di garis depan pemikiran semua orang. Saat ini, itu mungkin akan terjadi," Alexander Nemchin, ahli geokimia di Universitas Curtin di Perth, Australia, dan salah satu pemimpin tim (7 Oktober 2021).***
